Banda Aceh (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut program Solar untuk Koperasi (Solusi) nelayan merupakan upaya pemerintah untuk memberi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan akses bahan bakar minyak (BBM) solar dengan harga murah.
“Karena ini sistem yang kita bangun supaya para nelayan bisa mendapatkan harga solar, seperti harga SPBU,” kata Teten saat menghadiri acara Mukernas IV Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) di Aceh Besar, Minggu.
Menkop dan UKM juga turut meresmikan penggunaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) program Solusi nelayan di Teupin Gaki Tuan, Gampong Mon Ikeun, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar.
Solusi nelayan merupakan program bersama Kemkop dan UMK, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk memenuhi ketersediaan BBM maupun produk lain bagi nelayan.
Menurut Teten, 60 persen biaya produksi nelayan yaitu untuk membeli BBM. Maka apabila nelayan membeli BBM secara eceran di pasar tentu akan kemahalan, dengan harga antara Rp10-12 ribu per liter, sehingga sangat berdampak pada kesejahteraan nelayan.
Karena, lanjut dia, di Indonesia terdapat 11 ribu desa nelayan, tapi jumlah SPBU nelayan cuma sekitar 388 unit. Tentunya, cara praktis nelayan untuk mendapatkan BBM dengan mudah dan cepat yaitu dari pengecer.
“Jadi kita tidak hanya ingin para nelayan kecil bisa mudah mendapatkan, tapi juga mudah mengakses dengan harga SPBU, bukan harga pengecer. Harga SPBU sekarang Rp6.800 per liter, selama ini para nelayan (beli) Rp10-12 ribu per liter, kan kemahalan sehingga kesejahteraan nelayan tergerus,” ujarnya.
Teten menambahkan, pembangunan SPBU untuk nelayan tersebut akan dilakukan secara bertahap. Semua SPBU tersebut nantinya akan dikelola oleh koperasi nelayan di seluruh Tanah Air.
Penyaluran BBM tersebut juga sesuai dengan nama, alamat dan volume, serta tersinkronisasi dengan My Pertamina. Untuk tahun ini, ada tujuh unit SPBU nelayan sebagai percontohan yang dibangun di seluruh Indonesia dalam program Solusi nelayan, dan salah satunya di Lhoknga, Aceh Besar.
“Jadi nanti kalau misalnya (anggota) KNTI mungkin kebutuhan solar rata-rata 10 liter per hari untuk kapal 10 GT. Kalau dirata-ratakan per orang 25 hari kerja sebulan, maka ada jatah 250 liter, sehingga nanti nelayan tidak usah takut kalau ambil 10 liter sehari,” ujarnya.
Di samping itu, menurut Teten, program Solusi nelayan tersebut juga untuk menghindari penyeludupan solar subsidi oleh nelayan di tengah laut.
Baca juga: Menkop: Potensi laut jadi keunggulan ekonomi domestik Indonesia
Baca juga: Menkop dan UKM resmikan SPBUN Solusi di Aceh
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023